Langsung ke konten utama

PENJELASAN KAMMA

Kamma adalah kata bahasa Pali (dalam bahasa Sansekerta yakni karma) yang berarti "perbuatan". Hal ini dalam arti umum meliputi semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau batin dengan pikiran kata-kata atau tindakan. Makna yang luas dan sebenarnya dari Kamma, ialah semua kehendak atau keinginan dengan tidak membeda-bedakan apakah kehendak atau keinginan itu baik (bermoral) atau buruk (tidak bermoral), mengenai hal ini Sang Buddha pernah bersabda :
"O, bhikkhu, kehendak untuk berbuat (bahasa Pali : Cetana) itulah yang kami namakan Kamma. Sesudah berkehendak orang lantas berbuat dengan badan, perkataan atau pikiran."

Kamma sebagai ajaran
Kamma bukanlah satu ajaran yang membuat manusia menjadi orang yang lekas berputus-asa, juga bukan ajaran tentang adanya satu nasib yang sudah ditakdirkan. Memang segala sesuatu yang lampau mempengaruhi keadaan sekarang atau pada saat ini, akan tetapi tidak menentukan seluruhnya, oleh karena kamma itu meliputi apa yang telah lampau dan keadaan pada saat ini, dan apa yang telah lampau bersama-sama dengan apa yang terjadi pada saat sekarang mempengaruhi pula hal-hal yang akan datang. Apa yang telah lampau sebenarnya merupakan dasar di mana hidup yang sekarang ini berlangsung dari satu saat ke lain saat dan apa yang akan datang masih akan dijalankan. Oleh karena itu, saat sekarang inilah yang nyata dan ada "di tangan kita" sendiri untuk digunakan dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu kita harus hati-hati sekali dengan perbuatan kita, supaya akibatnya senantiasa akan bersifat baik.
Kita hendaknya selalu berbuat baik, yang bermaksud menolong mahluk-mahluk lain, membuat mahluk-mahluk lain bahagia, sehingga perbuatan ini akan membawa satu kamma-vipaka (akibat) yang baik dan memberi kekuatan kepada kita untuk melakukan kamma yang lebih baik lagi. Satu contoh yang klasik adalah sbb. :
Lemparkanlah batu ke dalam sebuah kolam yang tenang. Pertama-tama akan terdengar percikan air dan kemudian akan terlihat lingkaran-lingkaran gelombang. Perhatikanlah bagaimana lingkaran ini makin lama makin melebar, sehingga menjadi begitu lebar dan halus yang tidak dapat lagi dilihat oleh mata kita. Ini bukan berarti bahwa gerak tadi telah selesai, sebab bilamana gerak gelombang yang halus itu mencapai tepi kolam, ia akan dipantulkan kembali sampai mencapai tempat bekas di mana batu tadi dijatuhkan.
Begitulah semua akibat dari perbuatan kita akan kembali kepada kita seperti halnya dengan gelombang di kolam yang kembali ke tempat dimana batu itu dijatuhkan.
Sang Buddha pernah bersabda (Samyutta Nikaya I, hal. 227) sbb :
"Sesuai dengan benih yang telah ditaburkan begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kebaikan akan mendapat kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Tertaburlah olehmu biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah-buah dari padanya".
Segala sesuatu yang datang pada kita, yang menimpa diri kita, sesungguhnya benar adanya. Bilamana kita mengalami sesuatu yang membahagiakan, yakinlah bahwa kamma yang telah kita perbuat adalah benar. Sebaliknya bila ada sesuatu yang menimpa kita dan membuat kita tidak senang, kamma-vipaka itu menunjukkan bahwa kita telah berbuat suatu kesalahan. Janganlah sekali-kali dilupakan hendaknya bahwa kamma-vipaka itu senantiasa benar. Ia tidak mencintai maupun membenci, pun tidak marah dan juga tidak memihak. Ia adalah hukum alam, yang dipercaya atau tidak dipercaya akan berlangsung terus.
Terdapat dua belas jenis bentuk-bentuk kamma . Bentuk kamma yang lebih berat (bermutu) dapat menekan -- bahkan menggugurkan -- bentuk-bentuk kamma yang lain. Ada orang yang menderita hebat karena perbuatan kecil, tetapi ada juga yang hampir tidak merasakan akibat apapun juga untuk perbuatan yang sama. Mengapa? Orang yang telah menimbun banyak kamma baik, tidak akan banyak menderita karena perbuatan itu, sebaliknya orang yang tidak banyak melakukan kamma-kamma baik akan menderita hebat.
Singkatnya : Kamma Vipaka dapat diperlunak, dibelokkan, ditekan, bahkan digugurkan.
12 macam kamma tersebut dibagi berdasarkan 3 kelompok yakni berdasarkan waktu berbuahnya, berdasarkan kekuatan karma dan berdasarkan fungsinya.
Kamma berdasarkan jangka waktu berbuahnya :
Ditthadhamma Vedaniya Kamma adalah Kamma yang berbuahnya juga dalam kehidupan sekarang.
Upajja Vedaniya Kamma adalah Perbuatan yang kita lakukan sekarang, hasilnya tepat di kehidupan yang akan datang.
Aparapara Vedaniya Kamma adalah Perbuatannya itu hasilnya berturut-turut selama kehidupannya berlansung.
Ahosi Kamma adalah Kamma yang tidak bisa berbuah lagi, karena jangka waktu berbuah dan kondisi pendukungya sudah habis.
Kamma berdasarkan kekuatannya :
1. Garuka Kamma adalah Perbuatan yang akibatnya paling besar atau kuat. Yang termasuk Akusala Garuka Kamma.
2. Asañña Kamma adalah Perbuatan yang dilakukan menjelang kematian yang kekuatnnya paling kuat. Jadi misalnya saat kita berada pada menjelang kematian maka setelah itu kita akan dilahirkan di alam sesuai dengan pkiran pada saat menjelang kematian itu, misalnya saja marah maka setelah itu akan terlahir di alam Neraka. Namun itu sesuai dengan karma baik kita juga. Jika karma baik kita menopang maka terlahir di alam Neraka hanya sebentar. Begitu pula sebaliknya.
3. Aciñña Kamma adalah Perbuatan yang dilakukan terus menerus yang akhirnya akan menjadi watak atau kebiasaan ( karena kebiasaan yang dilakukan ).
4. Katatta Kamma adalah Kekuatan yang paling ringan atau cetananya ringan.
Kamma berdasarkan Fungsinya :
1. Janaka Kamma adalah Kamma yang berfungsi untuk mendorong kelahiran suatu makhuk (potensi).
2. Upatahmbaka Kamma adalah Kamma yang fungsinya untuk memperkuat, menambah Janaka Kamma jadi hasilnya bisa menjadi besar (kamma yang searah).
3. Upapilaka Kamma adalah Kamma yang mengurangi kekuatan Janaka Kamma yang arahnya berlawanan.
4. Upaghataka Kamma adalah Kamma yang berfungsi untuk menghancurkan kekuatan dari Janaka Kamma

Kamma dapat dibagi dalam tiga golongan :
a. Kamma Pikiran (mano-kamma).
b. Kamma Ucapan (vaci-kamma).
c. Kamma Perbuatan (kaya-kamma)

10 (sepuluh) jenis kamma baik:
Gemar beramal dan bermurah hati akan berakibat dengan diperolehnya kekayaan dalam kehidupan ini atau kehidupan yang akan datang.
Hidup bersusila mengakibatkan terlahir kembali dalam keluarga luhur yang keadaannya berbahagia.
Bermeditasi berakibat dengan terlahir kembali di alam-alam sorga.
Berendah hati dan hormat menyebabkan terlahir kembali dalam keluarga luhur.
Berbakti berbuah dengan diperolehnya penghargaan dari masyarakat.
Cenderung untuk membagi kebahagiaan kepada orang lain berbuah dengan terlahir kembali dalam keadaan berlebih-lebihan dalam banyak hal.
Bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain menyebabkan terlahir dalam lingkungan yang menggembirakan.
Sering mendengarkan Dhamma berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan.
Menyebarkan Dhamma berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan (sama dengan No. 8).
Meluruskan pandangan orang lain berbuah dengan diperkuatnya keyakinan.

10 (sepuluh) jenis kamma buruk:
Pembunuhan akibatnya pendek umur, berpenyakitan, senantiasa dalam kesedihan karena terpisah dari keadaan atau orang yang dicintai, dalam hidupnya senantiasa berada dalam ketakutan
Pencurian akibatnya kemiskinan, dinista dan dihina, dirangsang oleh keinginan yang senantiasa tak tercapai, penghidupannya senantiasa tergantung pada orang lain.
Perbuatan asusila akibatnya mempunyai banyak musuh, beristeri atau bersuami yang tidak disenangi, terlahir sebagai pria atau wanita yang tidak normal perasaan seksnya.
Berdusta akibatnya menjadi sasaran penghinaan, tidak dipercaya khalayak ramai.
Bergunjing akibatnya kehilangan sahabat-sahabat tanpa sebab yang berarti.
Kata-kata kasar dan kotor akibatnya sering didakwa yang bukan-bukan oleh orang lain.
Omong kosong akibatnya bertubuh cacat, berbicara tidak tegas, tidak dipercaya oleh khalayak ramai.
Keserakahan akibatnya tidak tercapai keinginan yang sangat diharap-harapkan.
Dendam, kemauan jahat / niat untuk mencelakakan mahluk lain akibatnya buruk rupa, macam-macam penyakit, watak tercela.
Pandangan salah akibatnya tidak melihat keadaan yang sewajarnya, kurang bijaksana, kurang cerdas, penyakit yang lama sembuhnya, pendapat yang tercela.

Lima bentuk kamma celaka ( Akusala Garuka Kamma )
Lima perbuatan durhaka di bawah ini mempunyai akibat yang sangat berat ialah kelahiran di alam neraka :
Membunuh ibu.
Membunuh ayah.
Membunuh seorang Arahat.
Melukai seorang Buddha
Menyebabkan perpecahan. dalam Sangha.

Pemahaman Hukum Kamma
 
Oleh: Benny Pangadian
Ubho puññañca pâpañca yam macco kurete idha
Tañhi tassa sakam hoti âdâya gacchati
Tañcassa anugaham hoti châyâva anupâyinî
 
Perbuatan apapun yang telah dilakukan oleh seseorang dalam hidup sekarang ini, baik atau buruk, adalah menjadi miliknya sendiri. Ia harus membawanya kemana saja ia pergi, seperti bayangan yang selalu mengikuti badannya. (Sagâthavagga, Samyutta Nikâya)
        Kamma (Pâli) atau Karma (Sansekerta) artinya "perbuatan". Agama Buddha memandang hukum kamma sebagai hukum semesta tentang sebab akibat dan sebagai hukum moral. Dalam aspeknya sebagai hukum semesta tentang sebab akibat, hukum ini menerangkan bahwa segala sesuatu yang timbul baik itu berupa jasad organik maupun non organik, pasti mempunyai sebab; atau dengan kata lain yakni tiada sesuatu yang timbul tanpa ada sebab sebelumnya. Istilah ‘kamma' berarti perbuatan / tindakan, suatu perbuatan dilakukan selalu diawali oleh kehendak (cetana). Jadi apabila ada unsur kehendak (cetana) maka hukum kamma akan berproses. Kehendak (cetana) ini dapat melalui pikiran, ucapan dan tindakan jasmani. Hasil dari perbuatan yang telah dilakukan selalu berada dalam dua sisi, yaitu sisi baik (phala) atau sisi buruk (vipaka). Apabila kita dapat menolong seseorang sehingga akan menghasilkan sebuah persahabatan baru maka perbuatan ini disebut kamma baik (phala) tetapi bila sebalikanya karena kita sering berdusta sehingga tak ada seorangpun yang mau bergaul maka ini disebut dengan kamma buruk (vipaka).
Kamma = Nasip
           Secara sekilas pendapat umum mengatakan bahwa Kamma = Nasip, tetapi apakah benar demikian?, sudah tentu tidak. Perbedaan antara kamma dan Nasip terletak di sifatnya yakni bahwa sifat dari kamma dapat diubah sedangkan sifat dari nasip adalah mutlak. Seseorang yang lahir dalam keluarga miskin (nasip), namun oleh karena dia seorang pekerja yang ulet serta jujur maka dia mampu merupah kondisi ekonomi dari miskin menjadi sejahtera (kamma).
Agama Buddha tidak memerima doktrik nasip karena doktrin nasip akan membuat kita selalu pasrah sehingga keinginan untuk merubah menuju yang lebih baik berat untuk dilakukan karena bila ada kejadian yang menimpa kita, maka kita akan berucap " Ini memang takdir/nasip'ku ", akhirnya timbul rasa putus asa.
Buah semangka berdaun sirih?
        Pada suatu hari Donald berpergian dengan sepeda motor, ditengah perjalanannya dia melihat seorang gadis sedang tergeletak disamping jalan dengan sebuah sepeda dengan roda ban yang bengkok disampingnya. Melihat kejadian ini maka Donald menghentikan sepeda motornya lalu turun dan menuju kearah si gadis itu. Suasana saat itu masih sepi, melihat situasi ini oleh Donald bersaha untuk menolongnya, menurut perkiraan Donal bahwa gadis ini merupakan korban tabrak lari. Ketika ia sedang berusaha menolong gadis itu maka seketika itu juga datang segerombolan orang menghampiri Donald, dan diantaranya ada yang mengatakan " Ini dia yang menabrak Diana, Ayo sikat!". Tak disangka-sangka segerombolan orang tadi ramai-ramai mengebuki si Donald sampai babak belur tapi untung dia tidak tewas . Bila kita melihat peristiwa ini maka keyakinan kita terhadap Hukum Kamma akan sirna, karena si Donald yang telah melakukan perbuatan baik untuk menolong Diana malah mendapat bogem,karena seharusnya bila melakukan sebab yang baik pasti akan merima akibat yang baik pula, tetapi dalam hal ini bukan akibat yang baik didapat malahan akibat buruk.
        Secara sekilas pendapat itu memang tidak salah, namun kita juga jangan lupa dengan hukum alam, bahwa " Biji semangka bila ditanam akan berbuah semangka dan tidak mungkin biji semangka memiliki daun sirih!". Dengan berdasarkan hukum alam ini maka perbuatan buruk yang dilakukan oleh Donald berbuah setelah dia melakukan perbuatan baik. Jadi disini bukan karena sebab baik maka menerima akibat buruk, cuma karma buruk yang lampau berbuah di saat itu dan bagaimana dengan perbuatan baik yang dilakukannya menolong Diana?, sudah tentu perbuatan baik itu akan dia terima dengan akibat yang baik juga. Disaat segerombolan itu seang membogem di Donald ada sesorang yang mengatakan bahwa, "bukan pemuda ini yang menabrak Diana!, pemuda ini hanya bermaksud untuk menolong si Diana, saya yang melihatnya kejadian itu. Akhirnya segerombolan itu meminta maaf atas kesalahan mereka terhadap Donald. Dan seminggu setelah peristiwa itu Donald dan Diana menjalin persabatan dan tiga bulan kemudian mereka menuju kepenghulu untuk menikah.
        Kejadian ini sama halnya dengan seorang petani yang memiliki sawah dan kebun. Hari ini si petani menanam bibit padi disawah yang telah dia bajak sejak tiga ahri yang lalu. Sore harinya petani itu pulang, namun sebelum pulang kerumah dia mampir ke kebun yang telah ditumbuhi oleh pohon pisang dan kebetulan pada hari itu juga pohon pisang telah siap untuk dipetik buahnya. Maka dengan gembiranya petani itu memetik buah pisang lalu membawanya kerumah untuk dibuat kolak pisang. Cerita ini mengatakan bahwa petani akan menerima padi setelah bibit padi itu berumur tiga bulan dan batang padi ini berwarna kuning keemasan, dan buah dari pohon pisang yang dia bawa itu telah dia tanam jauh hari sebelum petani itu menamam bibit padi. Ini kedengarannya lebih logis dan masuk akal karena bibit padi yang ditanam bukan berbuah pisag tetapi akan berbuah padi.
         Jadi pendapat yang mengatakan bahwa sudah capek berbuat baik tetapi malah akibat buruk yang diterima belum tentu benar, yang benar ialah oleh karena membuat sebab maka akan merima akibat atau dengan kata lain bila melalukan sebab yang baik maka akan merima akibat yang baik pula. Ini adalah sifat dari hukum Kamma, yakni adil, tidak mengasihi, tidak membenci, tidak memandang status seseorang, dan tidak pernah salah dalam memberikan ganjaran maupun pahala karena semua itu semata-mata hanyalah Hukum. Untuk itu kita harus extra hati-hati dalam segala perbuatan baik itu dilakukan melalui pikiran, ucapan dan perbuatan, karena pada akhirnya kitalah yang menciptakan hukuman atas diri kita sendiri ( kita mampu membuat dunia ini seperti damai laksana surga atau menderita bagai berada di Neraka).
3 Macam Kamma
Menurut macamnya Hukum kamma dibagi atas 3 macam:
1. Kamma menurut Fungsi
2. Kamma menurut Kekuatan
3. Kamma menurut Waktu
1. Kamma menurut Fungsi
Disini, kamma dihubungkan dengan peranannya salam menghasilkan akibat, yang terdiri atas empat macam yaitu:
a.Janaka kamma (kamma penghasil),
Adalah kamma yang berfunsi untuk melahirkan. Tugaskamma ini adalah menyebabakn terjadinya     kelahiran sesuai dengan macam dan sifatnya. Seseorang dilahirkan kedalam keluarga yang miskin    dan dikeluarga yang kaya ditentukan oleh Janaka kamma.
b.Upatthambhaka kamma (kamma penguat),
Adalah kamma yang berfungsi membantu apa yang dihasilkan oleh Janaka kamma sesuai dengan    macam dan sifatnya. Modi adalah seorang kakek yang ditetapkan oleh Janaka kamma hanya hidup selama 70 tahun di dunia, tetapi dalam kehidupan sehari-hari kakek Modi sering melakukan  perbuatan baik seperti sering menolong, berdana, melaksanakan sila, tekun bermeditasi sehingga    umur yang ditetapkan oleh Janaka kamma selama 70 tahun itu bertambah 20 tahun, akhirnya  kakek Modi hidup didunia ini selama 90 tahun.
c.Uppapîlika Kamma (kamma pelemah),
Adalah kamma yang berfungsi untuk menandingi pengaruh dari apa yang telah dihasilkan oleh    Janaka kamma, yaitu memperlemah kekuatannya atau mempersingkat waktu dalam menghasilkan    buahnya. Abud seorang narapidana yang divonis 10 tahun hukuman penjara, namu dalam    kesehariannya dia sering menunjukan tabiat yang baik, rajin bekerja maka Abud mendapatkan    keringan hukuman 3 tahun sehingga masa hukuman yang ditetapkan selama 10 tahun berubah    menjadi 7 tahun saja.
d.Upaghâtaka kamma (kamma penghancur),
Adalah kamma yang berfungsi menghancurkan kekuatan dari Janaka kamma tetapi sifat kamma ini    lebih kuat dari pada kamma pelemah. Susi seorang bintang badminton, dia sering kali juara dalam   setiap kompetisi oleh raga bulu tangkis. Dan oalh raga bulutangkis ini merupakan karir bagi si Susi. Tetapi pada suatu hari disaat susi mengendarai mobilnya tiba-tiga mobil Susi ditabrak sebuah truk dari arah kanan. Akibatnya tangan kiri susi menjadi patah dan setelah sembuh ternyata tangan Susi menjadi cacat akibat kecelakaan mobil, sehingga karir susi dalam oleh raga bulu tangkis hancur total!.
2. Kamma menurut Kekuatan.
Di sini, kamma dihubungkan dengan tingat kekuatan dalam menghasilakn akibat, kamma ini terdiri     dari empat macam yaitu:
a.Garuka Kamma,
Adalah kamma yang paling berat di antara semua kamma lainnya, karena sifatnya yang kuat ini   maka kamma ini akan berbuah terlebih dahulu. Semala kamma ini masih menghasilkan akibatnya,   tidak ada kamma lain yang berkesempatan untuk muncul. Garuka kamma dapat berupa   membunuh Ibu, Ayah, membunuh seorang Arahat, melukai seorang Buddha dan memecah belah Sangha, membunuh kepala negara, menghianati negara sendiri, mengacaukan perekonomian negara  termasuk dalam perbuatan yang dikategorikan dalam Garuka kamma. Akibat dari perbuatan itu sesorang akan lahir secara spontan di alam neraka Tiracchana Yoni selama 1 kalpa ( 1 kalpa = 1 umur bumi {4323 juta tahun}).
b.Bahula kamma,
Adalah kamma yang sering dan berulang-ulang dilakukan oleh seorang, baik melalui jasmani,    ucapan dan pikiran sehingga tertimbun dalam wataknya. Bahula kamma akan menampakan    hasilnya apabila seseorang tidak melakukan Garuka kamma.
c.Äsanna kamma,
Adalah kamma yang diperbuat oleh seseorang pada saat ia menghadapi kematian. Äsanna kamma    ini dapat berupa perbuatan bau yang dilakukan oleh melalui pikiran atau dapat pula berupa    perbuatan-perbuatan apapun yang pernah dia lakukan semasa hidupnya akan teringat kembali   dengan amat jelas disaat menghadapi kematian. Menurut agama Buddha Äsanna kamma ini    memegang peranan penting dalam menentukan alam kehidupan selanjutnya dari orang yang sedang  menghadapi kematian.
d.Katattâ kamma,
Adalah suatu perbuatan yang hapir tidak didorong oleh kehendak. Sifat kamma ini adalah mekanis /   refleksi dan kekuatannya lemah. Kamma ini berproses bila ketiga kamma diatas tidak pernah  dilakukan. Katattâ kamma dapat dimisalnya seperti tanpa sadar menggaruk kepala walau kepala   tidak gatal, meludah.
3.Kamma menurut Waktu
Disini kamma dihubungkan dengan unsur waktu dalam menghasilkan akibatnya, yang terdiri atas     empat macam yaitu:
a.Dittadhammavedanîya kamma,
Adalah kamma yang berakibat/bernuah dalam kehidupan sekarang ini
b.Uppajjavedanîya kamma,
Adalah kamma ayng akibatnya akan dialami dalam kehidupan setelah kehidupan sekarang ini.
c.Aparâparavedanìya kamma,
Adalah kamma yang akibatnya akan dialami dalam kehidupan-kehidupan berikutnya.
d.Ahosi kamma,
Adalah kamma yang tidak memberikan akibat karena jangka waktunya untuk menghasilkan akibat    telah habis atau karena kamma tu telah menghasilkan akibat secara penuh.
        Seorang setelah dijemput oleh kematian harus berpisah dengan semua orang dan harta kekayaan yang ia cintai. Pada saat itu, kekayaan, kehormatan atau sahabat-sahabat tidak akan berguna banginya, walau betapapun dahulu ia mencintai mereka. Juga badan jasmani yang selama hidup ia anggap sebagai miliknya, harus berbaring kaku seperti sepotong kayu log diatas tanah. Sekarang hanya kammanya sendiri, yang baik dan yang buruk benar-benar menjadi miliknya, yang harus dobawa dan akan selalu mengikutinya seperti bayangan yang tek pernah terpisahkan dari objeknya. Oleh karena itu semua orang dianjurkan untuk melakukan segala bentuk perbuatan baik sebagai bekal kita untuk melakukan perjalanan yang amat panjang.
Perbuatan baik dapat diwujudkan melalui tiga saluran yaitu:
* melalui perbuatan,
* perkataan (ucapan) dan
* pikiran,
Sehingga seperti yang tercantum didalam kitab Dhammapada,Bab XIV Buddha Vagga, yang berbunyi:
 
Sabbapâpassa akaranam
kusalassaûpasampadâ
Sacittapariyodapanam
etam buddâna sâsanam (183).
Jangan berbuat jahat
tambahahlah kebaikan
sucikan hati dan pikiran
Inilah ajaran para Buddha
http://bhagavant.com/images/spacer.gifhttp://bhagavant.com/images/spacer.gifhttp://bhagavant.com/images/spacer.gif
KAMMA
KAMMA
(Perbuatan)

Kamma (bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sanskerta) berarti perbuatan atau aksi. Guru Buddha dalam Nibbedhika Sutta; Anguttara Nikaya 6.63 menjelaskan secara jelas arti dari kamma:

”Para bhikkhu, cetana (kehendak)lah yang kunyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.”

Jadi, kamma berarti semua jenis kehendak (cetana), perbuatan yang baik maupun buruk/jahat, yang dilakukan oleh jasmani (kaya), perkataan (vaci) dan pikiran (mano), yang baik (kusala) maupun yang jahat (akusala).

Kamma atau sering disebut sebagai Hukum Kamma merupakan salah satu hukum alam yang berkerja berdasarkan prinsip sebab akibat. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan kamma (perbuatan) sebagai sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari kamma disebut sebagai Kamma Vipaka

Dalam Samuddaka Sutta; Samyutta Nikaya 11.10 {S 1.227} , Guru Buddha menjelaskan cara bekerjanya kamma :

"Sesuai dengan benih yang di tabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah dari padanya".

Dua Jenis Kamma Berdasarkan Sifatnya
Ada dua jenis kamma (perbuatan) berdasarkan sifatnya, yaitu:
Kamma Buruk/Jahat (perbuatan buruk/jahat) atau disebut dengan Akusala Kamma.
yaitu, kamma (perbuatan) yang didasari oleh pikiran yang diliputi oleh dosa (kebencian), lobha (keserakahan), dan moha (kebodohan batin). Contoh: membunuh, mencuri, berbohong, mabuk-mabukan, dan sebagainya.
Kamma Baik (perbuatan baik) atau disebut dengan Kusala Kamma.
yaitu, kamma (perbuatan) yang didasari oleh pikiran yang diliputi oleh adosa (ketidakbencian), alobha (ketidakserakahan), dan amoha (ketidakbodohan batin). Contoh: berdana, menolong makhluk yang kesukaran, berkata jujur, bermeditasi, dan sebagainya.

 Empat Jenis Kamma Berdasarkan Waktu Munculnya Akibat (vipaka) yang Dihasilkan
1. Ditthadhamma vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) segera mungkin pada waktu kehidupan sekarang. Kamma ini terbagi 2 macam, yaitu :
Kamma yang memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini, termasuk yang sudah masak betul atau disebut dengan Paripakka Dittha Dhamma vedaniya Kamma. Contoh : Seorang miskin bernama Punna yang memberikan dana makanan kepada Y A Sariputta Maha Thera menjadi kaya-raya dalam waktu tujuh hari setelah berdana.
Kamma yang memberikan hasil setelah lewat tujuh hari atau disebut dengan Aparipakka Dittha Dhammavedaniya. Contoh : Jika berbuat kebaikan atau kejahatan dalam usia muda, akan dipetik hasil dalam usia muda atau usia tua dalam kehidupan sekarang ini juga.
2. Upajja vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya yaitu satu kehidupan setelah kehidupan sekarang.
3. Aparapariya vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya secara berturut-turut.
4. Ahosi Kamma yaitu Kamma yang tidak lagi atau tidak akan memiliki kekuatan untuk menghasilkan akibat (kadaluwarsa). Ahosi Kamma terbentuk ketika kekuatan suatu perbuatan (kamma) terhalangi oleh kekuatan perbuatan (kamma) lain yang sangat besar. Selain itu Ahosi Kamma terbentuk jika tidak adanya kondisi-kondisi pendukung yang dibutuhkan untuk kamma itu berbuah, sehingga kamma tersebut tidak menghasilkan akibat (vipaka).

Empat Jenis Kamma Berdasarkan Fungsinya
1. Janaka Kamma yaitu Kamma yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali suatu makhluk. Kamma ini menimbulkan batin (Nama) dan jasmani (Rupa).
2. Upatthambhaka Kamma yaitu Kamma yang mendukung terpeliharanya satu akibat dari sebab yang telah timbul. Kamma ini membantu Janaka Kamma, yaitu :
Membantu Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
Membantu Janaka Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil secara sempurna.
Membantu Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma menjadi maju dan bertahan lama.
3. Upapilaka Kamma yaitu Kamma yang menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari satu sebab. Kamma ini adalah menekan Janaka Kamma, yaitu :
Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil.
Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil supaya mempunyai kekuatan menurun.
Upapilaka Kamma yang menekan Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma.
4. Upaghâtaka Kamma yaitu kamma yang memotong atau menghancurkan kekuatan akibat dari satu sebab yang telah terjadi.

Empat Jenis Kamma Berdasarkan Sifat dari Akibat yang Dihasilkannya
1. Garuka Kamma yaitu Kamma Berat, yang memiliki kualitas kekuatan yang besar yang mampu menimbulkan hasil dalam kehidupan kedua, dan kekuatan kamma lain tidak mampu mencegahnya.Garuka Kamma terdiri dari 2 jenis yaitu:
Akusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Buruk/Jahat yang berat. Yang disebut Akusala Garuka Kamma (Perbuatan jahat yang berat) adalah Niyatamicchaditthi-Kamma (Perbuatan pandangan salah yang pasti) dan Pancanantariya-Kamma (Lima perbuatan durhaka, yaitu membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai Sang Buddha dan memecah-belah Sangha). Akibat dari melakukan Akusala Garuka Kamma adalah tumimbal-Iahir ke alam Apaya (Alam yang menyedihkan, yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang dan alam asura).
Akusala Garuka Kamma juga disebut dengan Anantariya Kamma karena dampaknya masih dapat di rasakan dikehidupan selanjutnya. Hal ini dijelaskan oleh Guru Buddha dalam Parikuppa Sutta; Anguttara Nikaya 5.129.

Contoh: Devadatta yang telah melukai kaki Guru Buddha dan memecah-belah Sangha, dilahirkan kembali di alam neraka avici. Dan Raja Ajatasattu yang telah membunuh ayahnya (Raja Bimbisara) tidak dapat meraih kesucian Sotapana (tingkat kesucian pertama) karena kekuatan besar dari Akusala Garuka Kamma.
Kusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Baik yang berat.  Yang disebut Kusala Garuka Kamma adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8. Akibat dari melakukan Kusala Garuka Kamma adalah tumimbal-Iahir di alam Brahma.
Akusala Garuka Kamma, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, tetapi mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Kamma membantu). Sebaliknya, Kusala Garuka Kamma itu, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, akan menjadi Ahosi Kamma dan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Kamma membantu).
2. Asanna Kamma adalah kusala kamma (perbuatan baik) dan akusala kamma (perbuatan buruk/jahat) yang dilakukan seseorang sebelum saat ajalnya, yang dapat dilakukan dengan lahir dan bathin. Dengan batin misalnya; memikirkan, merasakan, mengingat-ingat semua perbuatan baik atau buruk yang telah dilakukan, atau memikirkan kebaikan atau kejahatan terhadap makhluk lain. Kamma inilah yang akan menentukan keadaan kelahiran seseorang yang akan datang jika tidak ada kekuatan kamma lain yang lebih besar lagi yang menentukan.

Contoh: Seorang algojo pada saat menjelang ajalnya, ia mengingat pernah memberi sedekah kepada Y.A. Sariputta. Dengan mengingat hal ini ia terlahir di alam yang bahagia. Namun, meskipun terlahir di alam bahagia, ia tetap memperoleh dampak buruk dari apa perbuatan buruk yang pernah ia lakukan.
3. Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah Kamma Kebiasaan, yaitu perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan. Bila seseorang belum saat ajalnya tidak berbuat sesuatu, dan dengan demikian tidak terdapat Asanna Kamma, maka yang menentukan keadaan kelahiran yang berikutnya ialah Kamma Kebiasaan (Acinna Kamma) yaitu perbuatan-perbuatan yang merupakan kebiasaan seseorang karena sering dilakukan sehingga seolah-olah merupakan watak baru.

Contoh: Cunda seorang penjagal babi, yang hidup disekitar vihara tempat Guru Buddha berdiam, ia meninggal dengan mendengking seperti babi karena kebiasaannya memotong babi.
4. Kattata Kamma adalah Kamma yang tidak terlalu berat dirasakan akibatnya. Kamma ini yang paling lemah di antara semua kamma. Kamma ini merupakan perbuatan baik (kusala kamma) dan perbuatan jahat (akusala kamma) yang pemah dibuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang belum mencapai Garuka Kamma, Asanna Kamma dan Acinna Kamma, yang si pembuatnya tidak melakukan dengan cetana atau kehendak yang kuat sepenuhnya.

Pandangan-Pandangan Keliru Mengenai Kamma
1. Kamma hanya dianggap sebagai hal yang buruk saja.

Pandangan ini beranggapan bahwa kamma hanya dianggap sebagai hasil yang buruk saja yang menimpa seseorang yang telah melakukan perbuatan buruk. Pandangan keliru (miccha ditthi) ini terjadi karena adanya kerancuan antara kamma (perbuatan) dengan kamma vipaka (hasil perbuatan) dan pemahaman yang salah terhadap kamma. Padahal, kamma yang berarti perbuatan sedangkan hasilnya disebut vipaka, tidak hanya berhubungan dengan perbuatan buruk ataupun akibat buruk semata, tetapi juga perbuatan baik ataupun akibat yang baik. Kamma vipaka (hasil perbuatan) tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang buruk tetapi juga hal-hal yang baik yang dialami oleh seseorang. Contoh: seseorang gemar berdana sehingga ia dihormati oleh setiap orang. Gemar berdana adalah kamma baik dan dihormati orang lain merupakan kamma vipaka (hasil perbuatan) yang baik. 

2. Kamma vipaka (hasil kamma) dianggap sebagai nasib atau takdir yang tidak bisa diubah.

Pandangan ini dikatakan keliru karena jika hal itu terjadi maka seseorang tidak akan dapat bebas dari penderitaannya. Padahal seseorang dapat mengubah apa yang sedang ia alami. Selain itu, Guru Buddha telah mengajarkan mengenai Viriya atau semangat membaja yang berguna untuk mengatasi segala kesulitan. Sebagai contoh, seseorang yang lahir dalam keluarga yang kekurangan (miskin) karena kamma kehidupan lampau yang buruk yang telah ia lakukan dikehidupan yang lalu, ia dapat mengubah kondisi yang dialaminya tersebut dengan bekerja keras sehingga ia tidak lagi hidup dalam kemiskinan.

3. Prinsip kerja hukum kamma adalah mata dibayar mata, nyawa dibayar nyawa.

Pandangan ini beranggapan bahwa kamma akan selalu menghasilkan bentuk yang sama dengan hasil perbuatan (kamma vipaka), membunuh maka akan akan dibunuh, mencuri maka akan dicuri, menipu maka akan ditipu, dan sebagainya. Pandangan ini keliru karena kamma memiliki karakter yang dinamis dan tidak lepas dari kondisi-kondisi yang ada, sehingga tidak selamanya bentuk dari hasil kamma akan sama dengan bentuk kammanya. Tetapi yang dapat dipastikan adalah sifatnya, dimana kamma yang sifat buruk pasti akan menghasilkan hal yang sifatnya juga buruk, kamma baik pasti akan menghasilkan hal yang sifatnya juga baik.

4. Kamma orang tua diwarisi oleh anaknya.

Pandangan ini beranggapan bahwa orang tua yang melakukan kamma buruk maka hasilnya (vipaka) akan di terima oleh anaknya atau keluarga lainnya. Pandangan ini keliru karena prinsip kerja kamma adalah siapa yang melakukan perbuatan maka ia akan yang menerima hasilnya. Dalam Cullakammavibhanga Sutta; Majjhima Nikaya 135 Guru Buddha bersabda : "Semua mahluk hidup mempunyai kamma sebagai milik mereka, mewarisi kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, dilindungi oleh kammanya sendiri. Kamma itulah yang membedakan makhluk hidup dalam keadaan rendah atau tinggi."

Dalam kasus tertentu terlihat sepertinya orang tua yang melakukan kamma buruk dan anaknya yang mengalami penderitaan. Hal ini bukan berarti kamma buruk orang tua diwarisi oleh anaknya, tetapi ini lebih berarti bahwa kamma buruk orang tua tersebut memicu kamma buruk si anak untuk berbuah. Dengan kata lain seseorang akan menerima akibat dari kammanya sendiri, tetapi kammanya dapat mempengaruhi atau mengkondisikan kamma orang lain untuk berbuah.

5. Kamma kehidupan lampau penentu segalanya yang terjadi di masa sekarang.

Pandangan ini beranggapan bahwa semua yang dialami seseorang pada masa sekarang, baik kondisi yang baik maupun buruk tidak lain merupakan hasil (vipaka) dari kamma kehidupan lampau saja. Pandangan ini keliru karena jika hal itu terjadi demikian maka seseorang hanya akan menjadi ”boneka” yang tidak bisa membebaskan diri dari penderitaan dan akan manjadi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan dan pengendalian diri. Hal ini telah dibabarkan oleh Guru Buddha dalam Tittha Sutta; Anguttara Nikaya 3.61 maupun dalam Sivaka Sutta; Samyutta Nikaya 36.21 {S 4.229} dan Devadaha Sutta; Majjhima Nikaya 101.

6. Kamma maupun vipaka (hasil kamma) ditentukan oleh tuhan.

Pandangan ini beranggapan bahwa semua yang diperbuat dan dialami seseorang pada masa sekarang, baik hal yang baik maupun buruk tidak lain merupakan kehendak tuhan. Pandangan ini keliru karena jika hal itu terjadi maka semua perbuatan dan semua yang dialami seseorang tidak lain hanya merupakan kehendak tuhan, sehingga seseorang tidak memiliki kehendak bebas, hanya akan menjadi ”boneka” yang tidak bisa membebaskan diri dari penderitaan dan akan menjadi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan dan pengendalian diri. Hal ini telah dibabarkan oleh Guru Buddha dalam Tittha Sutta; Anguttara Nikaya 3.61.

7. Kamma lampau dapat dihilangkan/dihapuskan.

Pandangan ini beranggapan bahwa kamma (perbuatan) buruk yang telah dilakukan seseorang, dapat dihilangkan/dihapuskan. Pandangan ini keliru karena kamma (perbuatan) lampau tersebut telah dilakukan dan telah terjadi sehingga tidak dapat dihapuskan. Sebagai contoh, Guru Buddha sendiri tetap menerima hasil dari kamma buruk kehidupan lampauNya berupa terlukanya kaki Beliau karena batu yang digulingkan oleh Devadatta. Jika kamma kehidupan lampau bisa dihapuskan maka Guru Buddha dengan mudah menghilangkannya dan kaki Beliau tidak akan terluka.

Kamma masa lampau tetap akan menimbulkan hasilnya seperti yang telah dijelaskan oleh Guru Buddha dalam Lonaphala Sutta; Anguttara Nikaya 3.99, dengan menggunakan perumpamaan garam yang sama banyaknya, yang satu dimasukkan ke dalam air di cangkir dan dan yang lain ke dalam sungai Ganga. Garam diibaratkan sebagai kamma buruk dan air adalah kamma baik. Ketika garam dimasukan ke dalam sebuah cangkir maka rasa garam tersebut akan terasa. Sedangkan garam yang jumlahnya sama dimasukan ke dalam sungai, maka air sungai tersebut tidak akan terasa asin. Jadi kamma buruk kehidupan lampau akan memberikan hasil/dampak tetapi dengan adanya kamma baik yang banyak yang dilakukan pada masa sekarang maka dampak dari kamma buruk tersebut menjadi berkurang bahkan tidak terasa.

Lima Hukum Alam  (Panca Niyama Dhamma)

Salah satu pandangan keliru mengenai hukum kamma adalah menganggap hukum kamma merupakan satu-satunya hukum yang mengatur kehidupan manusia dan menganggap hasilnya (vipaka) sebagai nasib atau takdir yang tidak bisa diubah sehingga seseorang hanya bisa pasrah menerima hasil dari kamma (kamma vipaka). Tetapi kenyataannya tidak demikian.

Dalam Abhidhamma Vatara 54, dan Digha Nikaya Atthakatha II-432 dijelaskan bahwa Hukum Kamma sendiri hanya merupakan satu dari dua puluh empat sebab (paccaya 24) atau salah satu dari Panca Niyama (Lima Hukum) yang bekerja di alam Semesta ini, dan masing-masing merupakan hukum sendiri.

1. Utu Niyama

Hukum alam "physical inorganic" misalnya : gejala timbulnya angin dan hujan yang mencakup pula tertib silih bergantinya musim-musim dan perubahan iklim yang disebabkan oleh angin, hujan, sifat-sifat panas dan sebagainya.

2. Bija Niyama

Hukum alam tumbuh-tumbuhan dari benih dan pertumbuhan tanam-tanaman, misalnya padi berasal dari tumbuhnya benih padi, gula berasal dari batang tebu atau madu dan sebagainya.

3. Kamma Niyama

Hukum alam sebab akibat, misalnya : perbuatan yang bermaksud bermanfaat (baik/membahagiakan) dan yang bermaksud merugikan (buruk) terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik maupun buruk.

4. Dhamma Niyama

Hukum alam terjadinya persamaan dari satu gejala yang khas, misalnya : terjadinya keajaiban alam pada waktu seseorang Bodhisatta hendak mengakhiri hidupnya sebagai seorang calon Buddha, pada saat Ia akan terlahir untuk menjadi Buddha, seperti bumi bergetar.

Hukum gaya berat (gravitasi) dan hukum alam sejenis lainnya, sebab-sebab dari keselarasan dan sebagainya, termasuk hukum ini.

5. Citta Niyama

Hukum alam mengenai proses jalannya alam pikiran atau hukum alam batiniah, misalnya : proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat-sifat kesadaran, kekuatan batin dan sebagainya.

Telepati, kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi dalam jangka pendek atau jauh, kemampuan membaca pikiran orang lain, dan semua gejala batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan modern termasuk dalam hukum terakhir ini.

Pelajaran yang Diperoleh dari Hukum Kamma
Dengan mengetahui dan memahami Hukum Kamma, maka kita dapat mengambil pelajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari. Pelajaran tersebut antara lain:
Keyakinan.
Dengan mengamati dan memahami Hukum Kamma kita mengetahui bahwa hukum kamma merupakan hukum yang sangat adil. Dengan mengetahui keadilannya maka kita akan merasa yakin bahwa apa yang kita perbuat akan menghasilkan sesuai dengan sifat perbuatan kita, perbuatan baik ataupun buruk yang kita lakukan pastilah memberikan dampak, dan perbuatan yang tidak pernah kita perbuat maka tidak akan menimbulkan akibat pada diri kita. Ini membuat kita tidak merasa khawatir apa yang akan terjadi kepada diri kita. Dan dengan keyakinan ini dapat menguatkan langkah kita untuk lebih melangkah lebih dalam melakukan perbuatan yang akhirnya akan membahagiakan kita.
Kepercayaan pada diri sendiri.
Menyadari bahwa kita mewarisi kamma kita sendiri, lahir dari kamma kita sendiri, berhubungan dengan kamma kita sendiri, dilindungi oleh kamma kita sendiri, maka dengan demikian kitalah penentu ke arah mana hidup dan kehidupan kita ini akan kita bawa. Dengan demikian kita tidak perlu lagi menggantungkan seluruh kehidupan kita kepada makhluk lain karena tidak ada makhluk lain yang dapat mengendalikan dan menentukan kehidupan kita. Dan akhirnya kepercayaan terhadap kemampuan diri muncul dan bertambah.
Kemampuan.
Dengan memahami Hukum Kamma, maka kita akan memperoleh kemampuan tidak hanya untuk menentukan jalan kehidupan kita sendiri dikemudian hari, tetapi juga untuk menolong makhluk-makhluk lain. Pelaksanaan kamma baik yang kemudian berkembang akan menghilangkan rintangan-rintangan dan kejahatan-kejahatan untuk kemudian menghancurkan belenggu-belenggu yang menghalangi kita untuk dapat menyelami Kesunyataan Mutlak, Nibbana.
Kesabaran.
Memahami bahwa Hukum Kamma merupakan pelindung bagi kita jika kita hidup selaras dengan hukum kamma. Memahami bahwa tidak ada sesuatu yang dapat menimpa, merugikan ataupun mencelakakan kita jika kita hidup selaras dengan hukum kamma. Dengan memahami bahwa kamma pasti akan menimbulkan akibat/hasil dalam waktu yang cepat maupun lambat, maka kita dapat belajar untuk bersabar. Ketika kita mendapatkan penderitaan kita akan bersabar dengan memahami bahwa kita sedang menuai hasil dari perbuatan buruk/jahat kita dan memahami bahwa penderitaan tersebut pasti akan berlalu. Dengan kesabaran kita akan mendapatkan ketenangan, kebahagiaan, dan keamanan.
Pengendalian diri.
Dengan memahami bahwa perbuatan buruk/jahat akan menimbulkan akibat yang buruk berupa malapetaka pada diri kita, maka kita akan berusaha berhati-hati serta mengendalikan diri di dalam melakukan perbuatan yang dilakukan oleh pikiran, ucapan, maupun jasmani.

Disusun oleh: Bhagavant.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTERISTIK INOVASI

BAB II KARAKTERISTIK INOVASI 2.1 Pengertian Karakteristik Inovasi Secara etimologis, istilah karakteristik merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik dan tafsir. Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni  characteristic , yang artinya mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Secara garis besar karakteristik itu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek. Secara umum, Karakteristik Inovasi Pendidikan dapat diartikan berdasarkan kata Karakteristik dan Inovasi Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk-bentuk watak atau karakter yang dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, tanda khusus. Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau discovery yang di gunakan untuk mencapai tujuan pendidikan untuk memecahkan masalah pendid

ANALISIS PEMBELAJARAN

Pengertian Analisis Pembelajaran Secara etimologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Analisis memiliki arti sebagai tindakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dalam makna lain analisa atau analisis dikatakan sebagai kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah kegiatan atau tindakan guna meneliti struktur kegiatan atau tindakan tersebut secara mendalam. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan sebagai suatu upaya merangkum sejumlah besar data  mentah yang berkaitan dengan pendidikan, untuk kemudian diolah menjadi informasi yang dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti. Analisis pembelajaran adalah langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembelajaran. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruahan terdiri atas ; 1). Analisis kebutuhan pembelajaran, 2) Menentukan tujuan pembelajaran, 3). Memilih dan mengembangkan bahan ajar, 4). Memilih sumber belajar yang relvan, 5). Memili

Sistem Pendidikan di Italia

Italia menganut sistem pendidikan berupa sekolah publik yang cakupannya sangatlah luas dimana sistem pendidikan di negara ini sudah berlangsung sejak 1859, ketika Legge Casati (Casati UU) mengamanatkan pendidikan sebagai tanggung jawab bersama (Penyatuan Italia, terjadi di tahun 1861). Undang-undang yang dibuat Casati merupakan undang-undang yang mewajibkan pendidikan dasar dengan tujuan untuk mengurangi buta huruf yang ada di negeri Italia. Undang-undang ini memberikan kontrol pendidikan dasar ke satu kota, dari pendidikan menengah ke regioni (negara), dan perguruan tinggi yang dikelola oleh Negara. Bahkan dengan Undang-Undang Casati yang telah diberlakukan dengan mewajibkan siswa untuk mendapatkan pendidikan, tetap saja masih ada anak yang tidak dikirim sekolah oleh orangtuanya terutama di daerah pedesaan bagian Selatan Italia. Seiring berjalannya waktu, undang-undang yang mengatur tentang pendidikan terus dikaji hingga akhirnya Italia memiliki suatu sistem yang digunakan oleh s