1.1 .Bimbingan di Sekolah Dasar
Sekolah dasar
sejak zaman kolonial sampai sekarang sangat mementingkan keterampilan menulis serta perkembangan intelektual anak.
Sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan yang bertugas memenuhi kebutuhan anak
dan bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak,
seperti kemampuan dan kecakapan membaca, menulis, dan berhitung, sikap terbuka
terhadap orang lain, penuh inisiatif, kreativitas, dan kepemimpinan. Tugas ini
di jalankan oleh sekolah dasar pada tahun pertama sampai dengan tahun ke enam.
Pada kelas 4 dan 5, pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan keterampilan
untuk persiapan sekolah menengah dan sikap tanggung jawab dalam menjalankan
tugas-tugas sekolah.
Guru sekolah dasar memegang peranan dan
memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu perkembangan sosial
serta pribadi anak. Tanggung jawab ini menumbuhkan kebutuhan adanya bimbingan
yang terorganisir di sekolah dasar, karena sangat di rasakan pada masyarakat modern,
serta kebebasan pribadi.
1. Pentingnya Bimbingan di Sekolah
Dasar
Perkembangan
masyarakat dan pendidikan dewasa ini membawa kenyataan bahwa program bimbingan
yang terorganisir di sekolah dasar sama pentingnya dengan program bimbingan di
sekolah menengah. Bimbingan adalah suatu bagian integral dalam keseluruhan
program pendidikan yang mempunyai fungsi positif, bukan hanya suatu kekuatan
korektif, serta suatu proses yang kotinue, yaitu kontak pertama anak dengan
sekolah sampai dewasa dan mendapatkan tempat di dalam masyarakat atau
pendidikan keperguruan tinggi. Penekanan bimbingan dapat berubah-ubah sesuai
dengan perubahan kebutuhan anak dalam proses perkembangannya, serta yang
terpenting adalah proses penemuan diri sendiri.
Penemuan dan
pemahaman harus sudah di proses sejak awal di sekolah dasar, karena akan
membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru, mengembangkan
kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan menerapkannya dalam situasi
mendatang. Bimbingan bukan suatu tindakan yang bersifat mengatasi setiap
masalah yang di hadapi anak, tetapi suatu pemikiran tentang perkembangan anak
sebagai pribadi dengan segala kebutuhan, minat, dan kemampuannya yang harus
berkembang. Ini menitikberatkan pada bimbingan yang bersifat preventive dan
kesehatan mental serta pengembangan diri yang di awali sejak di sekolah dasar.
A.
Tindakan
preventive di sekolah dasar
Tuntutan
untuk mengadakan identifikasi secara awal di akui kebenarannya oleh para ahli
bimbingan, karena:
1.
Kepribadian
anak masih sangat luwes dan belum menemukan banyak pesoalan di dalam hidup
mereka, mudah terbentuk, dan masih mengalami banyak perubahan dalam proses
perkembangannya.
2.
Orang
tua murid masih sering berhubungan dan bekerja sama dengan guru anaknya, serta
orang tua masih aktif dalam pendidikan anaknya, dan hubungan orang tua dengan
sekolah masih sangat mudah dibentuk di sekolah dasar daripada di sekolah
lanjutan.
3.
Anak
masih mempunyai waktu terbuka untuk masa depannya, sehinnga pada di sekolah
dasar anak dapat belajar engenali diri sendiri dan menemukan cara-cara
pendekatan untuk menghadapi suatu masalah dengan cara menyelesaikannya. Pandangan
bimbingan dewasa ini tidak hanya menekankan korektif belaka tetapi pada program
preventif yaitu situasi perkembangan yang baik, sehingga setiap anak di sekolah
dapat terdorong belajar dan mengembangkan pribadinya sebaik mungkin dan
terhindar dari praktek-praktek yang merusak perkembangan anak. Dengan adanya
program bimbingan yang bersifat preventif dan korektif di sekolah dasar, maka
program bimbingan yang terorganisir dibutuhkan.
B.
Kesiapan
(readiness) di sekolah dasar
Konsep psikologi
belajar mengenai kesiapan belajar menunjukkan bahwa hambatan pendidikan dapat
timbul jika kurikulum diberikan kepada anak terlalu cepat atau lambat. Ini
harus diidentifikasi perkembangannya secara tepat dan awal serta membutuhkan
sistem pencatatan sebaik mungkin. Pengalaman sangat di perlukan untuk
menghadapi perubahan dan perkembangan
pendidikan yang terus menerus. Orang tua dan murid diberikan penyuluhan
untuk menumbuhkan motivasi dan menciptakan situasi belajar yang baik sehingga
diperoleh kreativitas dan kepemimpinan yang positif.
Hal ini juga
memerlukan perhatian dan tanggung jawab sekolah untuk menyediakan pelayanan
kepadapara guru. Pada dasarnya, waktu, tenaga, biaya sangat di perlukan oleh
anak dalam kehidupan awal mereka di sekolah. Ini lebih baik di lakukan agar
tidak ada pemborosan biaya dan tenaga untuk program remedial yang bersifat
korektif pada tahun sebelumnya.
.2.
Ciri-ciri
Anak Sekolah Dasar
Setiap
perkembangan mengikuti suatu pola perkembangan dan setiap anak mempunyai pola
individual. Beberapa anak lebih menunjukkan kedewasaan dalam aspek perkembangan
tertentu daripada anak lainnya. Setiap anak menunjukkan pola perkembangan
fisik, mental, sosial, dan emosional. Setiap anak juga memiliki potensi yang
berbeda dan pembawaan ini dapat mempercepat atau memperlambat perkembangan
anak.
Kehidupan anak
di taman kanak-kanak dan di sekolah dasar meliputi tiga periode pertumbuhan dan
perkembangan. Di taman kanak-kanak biasanya mengakhiri masa kanak-kanaknya dan
mulai dalam periode masa anak sekolah, sedangkan masa akhir kelas 5 atau 6
merupakan pengalaman akhir masa kanak-kanak di sekolah. Setiap periode
perkembangan menunjukkan tahap perkembangan, khususnya perkembangan yang
sistematis pada anak.
A.
Anak
Umur 6 Sampai 10 Tahun
Dalam periode
ini seluruh bagian tubuh anak berkembang, namun lebih lambat daripada kecepatan
perkembangannya pada permulaan masa sekolah. Pertumbuhan dan koordinasi
otot-ototnya masih belum merata dan belum berkembang sempurna, tetapi mata dan
tangan telah cukup untuk menulis, menggambar, menjahit, dan memainkan alat-alat
musik. Anak dalam usia 6 sampai 10 tahun membutuhkan banyak kesempatan bermain
secara aktif dan istirahat yang cukup sebagai akibat dari aktifitasnya.
Perkembangan mental pada usia ini di tandai oleh kegiatan belajar membaca dan
tercapainya penguasaan beberapa pengetahuan dan kecakapan. Para ahli
berpendapat, bahwa anak belajar dengan baik jika anak itu aktif belajar sambil
berbuat (lerning oby doing). Secara
sosial dan emosional mereka mengembangkan perasaan seksual, tetapi dalam hal
minat terdapat banyak perbedaan, sehingga menjauhkan mereka satu dengan yang
lainnya. Seorang anak mulai menunjukkan bahwa ia sudah lebih mampu berdiri sendiri,
dan belajar mengendalikan perasaannya. Periode ini merupakan masa timbulnya
nilai-nilai hidup, sehingga anak mulai dapat membedakan antara baik dan buruk.
B.
Anak
Umur 10-13 Tahun
Anak pada masa ini aktif dan selalu
ingin bergerak, pertumbuhan fisiknya lambat dan kesehatannya cukup baik. Khususnya
pada anak perempuan tampak lebih cepat matang dan menginjak masa pubertas. Pada usia 13-14 tahun menunjukkan gerakan
fisik yang aneh dan tidak seimbang. Pada anak perempuan akan mengalami
pertumbuhan pinggul, buah dada, dan datang bulan serta akan banyak menimbulkan
banyak persoalan pribadi, khususnya penyesuaian diri terhadap lingkungan
sosialnya dan akan merasa lebih cepat dewasa. Pada anak laki-laki akan timbul
suara, bertambahnya kekuatan fisik, dan mendorong untuk memakai kekuatan
fisiknya. Pada masa ini anak mulai menunjukkan sikap menjauhkan diri dari orang
dewasa dan mulai dekat dengan teman sebaya dalam suatu ikatan kelompok. Dalam
banyak hal anak menunjukkan perasaan takut dan khawatir dalam menghadapi
tuntutan berdiri sendiri, harapan orang tua dan sekolah serta masalah keluarga.
Anak-anak mulai mengembangkan pengertian tentang sebab akibat, mengembangkan
beberapa toleransi membentuk konsep, serta kemampuan melihat sesuatu yang lebih
bernuansa dan mulai belajar memecahkan persoalan yang sederhana.
3.
Tugas-Tugas
Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
Menurut
Havighurst (1957) menyebutkan bahwa tugas-tugas perkembangan bagi siswa sekolah
dasar:
a.
Mempelajari
keterampilan fisik untuk aktivitas bermain sehari-hari, seperti: berlari,
melompat, melempar, berenang. Peranan dan penghargaan teman sebayanya sangat
ditentukan oleh perkembangan keterampilan ini, dan anak laki-laki biasanya
lebih dituntut dalam tugas perkembangan ini.
b.
Membangun
sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh,
seperti: menghargai, memelihara, menjaga kebersihan, serta memiliki sikap yang
sehat terhadap tubuhnya. Pada masa ini fisik anak sedang tumbuh, otot-ototnya
berkembang cepat, dan senang bermain, sedangkan hormon yang lain diam sampai
anak berumur 9 atau 10 tahun.
c.
Belajar
bergaul dengan teman sebaya, seperti belajar menerima dan memberi di antara
teman sebaya. Pada masa ini anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya dan
masuk dalam dunia teman sebayanya. Ia harus dapat menempatkan dirinya di antara
teman sebaya dan mulai belajar untuk memperoleh kepuasan dalam kehidupan sosial
teman sebaya.
d.
Belajar
berperan yang sesuai dengan jenis kelaminnya, seperti bertingkah laku sebagi
anak laki-laki atau perempuan. Secara
fisik keduanya sangat berbeda, anak laki-laki jauh lebih kuat daripada anak
perempuan.
e.
Belajar
keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung. Secara biologis seorang
anak siap untuk belajar hal tersebut, yang di lanjutkan sampai usia 12 atau 13
tahun. Oleh karena itu, pada kelas 3 di sekolah dasar keterampilan dasar
tersebut harus di kembangkan sepenuhnya.
f.
Belajar
mengembangkan konsep-konsep yang di perlukan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Ini memperkenalkan kepada anak sejumlah konsep yang cukup untuk berfikir secara
efektif tentang masalah dalam bidang pekerjaan, kewarganegaraan, dan kemasyarakatan,
sedangkan di sekolah ia akan berfikir tentang binatang, makanan, ketakutan, dan
cinta. Konsep ini akan tumbuh dalam pengalaman dan menjadi alat yang baik untuk
berfikir.
g.
Mengembangkan
kata hati, moral, dan tingkatan nilai. Melalui pengalaman anak dengan hukuman
dan hadiah mulai terbentuklah kata hati, anak mulai dapat membedakan antara
yang baik dan buruk. Sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan
moral anak, yaitu melalui pengajaran tentang moral, melalui hukuman dan hadiah
dari guru, melalui teladan guru, dan yang sangat penting melalui pengalaman
anak sendiri dalam kelompok sebayanya.
h.
Mencapai
tingkat kebebasan pribadi, seperti: mandiri, mampu membuat rencana, dan
bertindak dari dirinya yang bebas dari pengaruh orang tua. Anak mulai bebas
menentukan dirinya sendiri dan meninggalkan kata-kata “apa yang di katakan ayah
atau guru”. Tugas perkembangan ini menumbuhkan sikap sosial dan dasar
demokrasi. Sikap perasaan dipelajari anak melalui 3 cara yaitu:
1.
Meniru
orang yang dilihat oleh anak sebagai orang yang berwibawa,
2.
Pengumpulan
dan kombinasi pengalaman yang menyenangkan atau sebaliknya dalam situasi
hidupnya,
3.
Pengalaman
emosional yang mendalam baik yang menyenangkan atau tidak dalam situasi hidup
mereka.
Sikap yang diperoleh dalam umur ini akan
berubah melalui pengalamannya, tetapi tidak akan mudah berubah begitu saja.
4. Tujuan dan
Program Bimbingan di Sekolah Dasar Menurut Kurikulum 1975
Dalam kurikulum
sekolah dasar 1975 tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan tidak terdapat
program operasional bimbingan di sekolah dasar, tetapi hanya pedoman pelaksana
kegiatan-kegiatan dalam program bimbingan di sekolah dasar.
A.
Tujuan
program bimbingan di sekolah dasar
1.
Secara
umum bimbingan di sekolah dasar bertujuan membantu murid agar:
a.
Memperkembangkan
pengertian dan pemahaman diri dalam kemajuan di sekolah;
b.
Memperkembangkan
pengetahuan tentang dunia kerja, kesempatan kerja, serta rasa tanggung jawab
dalam memilih suatu kesempatan kerja tertentu;
c.
Memperkembangkan
kemajuan untuk memilih, mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan
informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab;
d.
Mewujudkan
penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain.
2.
Bimbingan
di sekolah dasar bertujuan agar setelah mendapat pelayanan bimbingan, murid
dapat mempergunakan kemampuan yang di milikinya untuk:
a.
Mengatasi
kesulitan dalam memahami dirinya sendiri;
b.
Mengatsi
kesulitan dalam memahami lingkungannya baik di sekolah, keluarga, dan kehidupan
masyarakat yang lebih luas;
c.
Mengatasi
masalah dalam mengidentifikasikan masalah dan memecahkan masalah yang di
hadapinya;
d.
Mengatasi
kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang
pendidikan.
3.
Kesulitan-kesulitan
yang umumnya di alami di sekolah dasar meliputi:
a.
Kesulitan
dalam belajar, yang di tandai oleh prestasi belajar yang terendah, dan di
sebabkan oleh:
·
Kemampuan
belajar yang rendah (slow learners)
·
Ketidakmampuan
mempergunakan kemampuan belajar yang lebih tinggi secara optimal (under achievers)
·
Kekurangan
motivasi untuk belajar yang berlatar belakang masalah sosial-emosional
b.
Kebiasaan
buruk yang di lakukan oleh murid-murid dalam situasi belajar mengajar dan dalam
hubungan sosial.
c.
Kesulitan
yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
d.
Kesulitan
yang berhubungan dengan kelanjutan sekolah.
B.
Program
bimbingan di sekolah dasar
Kapunan
(1974) menyebutkan 7 program bimbingan di sekolah dasar, yaitu:
1.
Orientasi
terhadap lingkungan di sekolah. Sekolah merupakan tempat yang asing bagi anak,
karena jauh dari lindungan rasa aman keluarganya dan akan bertemu dengan banyak
wajah baru, baik guru atau teman sekelasnya. Anak yang manja, pemalu, agresif
akan menemui banyak kesulitan dalam proses penyesuaian dalam lingkungan di
sekolah yang baru. Melalui program bimbingan, anak-anak akan merasakan pengalaman
yang menyenangkan.
2.
Persiapan
untuk melanjutkan ke tingkat sekolah yang lebih lanjut. Anak yang akan lulus
memerlukan bantuan untuk melanjutkan diri ke sekolah lanjutan pertama. Seorang
guru dapat membantu muridnya dengan meminta brosur ke sekolah lajutan kemudian
menginformasikannya kepada muridnya. Ini dapat membantu anak dalam masa
transisi ke sekolah lanjutan.
3.
Program
testing, di berikan pada awal anak masuk sekolah. Tes prestasi dan inventori
minat dapat di berikan secara berkala. Hasil observasi dan tes dapat di pakai
sebagai dasar untuk menilai anak dalam proses belajar dan penyesuaian di
sekolah.
4.
Daftar
pencatatan pribadi (commulative records)
yang dibuat pada setiap kelas secara kontinue dan dapat di lanjutkan pada
sekolah lanjutan. Ini di gunakan agar dapat dengan lebih baik mengerti diri dan
lingkungannya, dan membantunya membuat perencanaan masa depannya.
5.
Program
pengajaran remedial, di berikan kepada anak yang lambat dan mengalami kesukaran
belajar atau terhadap lingkungannya.
6.
Bimbingan
terhadap kegiatan di luar kelas atau program ekstrakulikuler, seperti: OSIS,
drama, musik, olahraga, pramuka dan yang lainnya. Kegiatan ini di harapkan
dapat menumbuhkan perasaan “memiliki” sekolah dan masyarakat pada diri siswa di
sekolah.
7.
Kerja
sama dengan orang tua siswa. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan
faktor utama dalam perkembangan anak.
Pertemeuan orang tua siswa ke sekolah secara teratur akan membawa manfaat bagi
perkembangan anak baik di sekolah dasar maupun di keluarga, dan dapat menciptakan
hubungan yang baik.
1.2.
Bimbingan
di Sekolah Menengah
1.2.1. Pentingnya
Bimbingan di Sekolah Menengah
Bimbingan adalah
suatu hal yang tidak terbatas hanya pada masa anak dan remaja, Namun juga
termasuk pada umur perkembangan dan manusia dewasa. Bimbingan sangat diperlukan
karena proses ini akan terjadi secara terus menerus pada mereka yang
membutuhkan pertolongan.Kebutuhan pertolongan akan tampak pada masa-masa mereka
sedang tumbuh dan berkembang serta mengalami banyak perubahan dalam diri
pribadinya, seperti masa remaja. Bimbingan yang diberikan ini akan mengurangi
kebutuhan bimbingan di kemudian hari.
1.2.2.Sifat-sifat
Siswa di Sekolah Menengah
Murid-murid
sekolah menengah umumnya berumur antara 12-18 tahun. Ini merupakan masa remaja
yang penuh perubahan dalam perumbuhan fisik, mental, sosial, dan emosional.
Pada masa ini anak akan banyak mengalami dan merasakan perasaan kebebasan
pibadi dan keinginannya untuk bersatu dengan yang lain dalam berteman, walau
dalam hal ini sering tidak diakui. Umumnya mereka sulit membuka diri terhadap
orang lain dan sulit untuk mengenali diri sendiri dalam proses perubahan.
Di dalam kaitannya dengan perkembangan, ada hal-hal
yang mempengruhi dalam laju perkembangannya. Secara garis besar faktor-faktor
tersebut dapat dibedakan atas tiga faktor utama. Pertama, faktor yang berasal
dari dalam individu, yaitu semua kelebihan-kelebihan yang telah ada di dalam
diri individu dan perlu pengembangan. Sebagai contohnya ialah bakat,
sifat-sifat keturunan, dan insting. Kedua, faktor yang berasal dari luar individu, yaitu faktor yang berasal
dari luar individu. Pada faktor ini perkembangan akan di tunjang oleh
faktor-faktor luar, apakah akan mendukung sehingga melaju dengan baik atau
menghambat laju perkembangan baik itu. Contohnya ialah makanan, iklim,
kebudayaan, ekonomi, kedudukan anak di dalam keluarga. Ketiga
ataupun yang terakhir ialah faktor-faktor umum. Maksud dari ungkapan
faktor-faktor umum ialah unsur-unsur yang terdapat di dalam keduanya baik di
internal ataupun eksternal. Jadi setiap faktor yang berada di dalam keduanya
adalah faktor umum. Sebagai contohnya ialah intelejensi, jenis kelamin,
kesehatan, dan juga ras.
Perubahan pada
masa remaja dimulai dengan perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik diantaranya
dengan tanda-tanda kelamin yang primer atau yang sekunder berkembang. Disertai
dengan perubahan psikis, yaitu sifat menentang, menyendiri, ingin menjadi lain
daripada yang lain. Perubahan-prubahan ini banyak menyebabkan anak khawatir akan
masa depannya, sehingga anak tersebut membutuhkan bimbingan di sekolah
menengah.
Perubahan mini
menuju ke bentuk kinat yang individual, sehingga banyak terjadi perbedaan minat
anak-anak dalam satu kelas. Adanya perbedaan ini membuat tugas guru sulit karena
mereka harus menyesuaikan diri dengan perbedaan minat dan sikap individual
siswa. Seorang guru harus kerap memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan ini,
karena setiap anak akan menuju ke kedewasaanya menurut sifat dan wataknya
masing-masing. Perbedaan individual ini akan menuntut guru memberikan
pertolongan individual dalam bentuk bimbingan. Sifat-sifat siswa sekolah
menengah dapat dilihat dari aspek kepribadian dalam kaitannya dengan bimbingan.
A.
Perkembangan
Emosional dan Bimbingan
Keadaan
emosional dapat menjadi halangan pada usia saat ini.Contohnya perkembangan
fisik dengan bertambahanya kekuatan badan, dorongan seksual, rasa tanggung
jawab karena semakin dewasa. Keadaan emosional semacam ini adalah penyebab
ketidaksesuaian atau ketidaksukaan siswa, sehingga membutuhkan bimbingan dalam
pertumbuhannya menuju ke”dewasaan emosional”, yaitu mengarahkan emosi pada
kegiatan-kegiatan yang dapat menuju tercapainya tujuan.
B.
Perkembangan
Fisik dan Bimbingan
Kebutuhan fisik
yang lhas terjadi pada siswa dapat menyebabkan semakin berkurangnya vitalitas
siswa, adanya kelesuan, koordinasi yang kurang sempurna, dan tidak sesuai
dengan pertumbuhan anggota badan serta perubahan yang disebabkan oleh menjadi
matangnya bagian kelamin.
C.
Perkembangan
Sosial dan Bimbingan
Tugas
dan tanggung jawab utama bimbingan adalah membantu para siswa dalam hal
mengatur dan memilih kelompok-kelompok yang mempunyai tujuan yang berguna bagi
perkembangannya yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan para siswa.
Pertolongan dalam hal perkembangan sosial merupakan tugas seluruh staf sekolah.
Agar sis3a tidak merasa asing dengan suasana lngkungan sekolahnya.Murid harus
merasa hidup nyaman, sma seperti kita yang mempunyai perasaan ingin diterima
orang lain, dibutuhkan orang liain, dan diinginkan orang lain.Bimbingan juga
dapat memberikan pertolongan kepada murid-murid dalam aktivitas organisasi. Hal
ini dikarenakan seringkali bermanfaat untuk mencegah terbentuknya
kelompok-kelompok yang destruuktif. Hal
ini dapat membnatu terlaksananya program sesuai kebutuhan. Demikian para
anggota dapat diberikan bimbingan agar organisasi dapat hidup dengan baik.
Organisasi siswa ini harus dibantu menyadari bahwa mereka adalah unsur-unsur
yang sangat penting dalam kkeseluruhan program sekolah, dah harus diorganisir
serta dijalankan sedemikian rupa sehingga memiliki nilai sebesar-besarnya bagi
seluruh siswa.. Segala persoaln yang dihadapi para siswa dalam mengurus
organisasi sekolah sangat memutuhkan bimbingan.
1.2.3. Tugas-tugas
Perkembangan Siswa Sekolah Menengah
Di
bawah ini ada beberapa tugas-tugas perkembangan bagi para remaja menurut Havighurst (1967):
a.
Mencapai
perkembangan baru yang lebih matang
Mereka
dapat belajar lebih dewasa di lingkungan orang dewasa dan belajar bekerja sama
dengan tujuan tertentu, saling memahami perasaan dan tidak saling menguasai.
Tugas perkembangan sosial remaja diperoleh melalui sekolah dan perguruan
tinggi, dan anak perempuan lebih cepat matang dibandingkan anak laki -laki.
b.
Mencapai
perkembangan peranan sosial sebagai laki-laki dan perempuan
Para
remaja akan belajar bertingkah laku sosial sesuai dengan tuntutn masyarakat,
sebagai seorang laki-laki maupun perempuan. Perkembangan budaya sangat
berpengaruh dalam perkembangan karir bagi kaum wanita dan kaum pria. Anak
laki-laki akan menjadi tulang punggung keluarga dan anak perempuan akan menjadi
istri dan ibu rumah tangga.
c.
Penerimaan
dan penggunaan tubuh secara efektif.
Tugas
ini akan menuntu mereka agar dapat menerma keadaan 6tubuhnya. Diharapkan mereka
dapat melindungi dan memelihara tubuh dengan sebaik-baiknya. Contohnya pada
kaum putri yang menggunaka alat-alat kecantikan.
d.
Mencapai
kebebasan emosonal dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Tugas
ini menuntut para remaja untuk tidak bergantung pada orang lain serta bebas
dari perasaan kekanak-kanakan.
e.
Memperoleh
kepastian kebebasan ekonomi
Bagi
anak laki-laki, tugas in menuntut mereka dapat hidup mandiri tanpa bantuan
ekonomi orang tua mereka
f.
Pilihan
dan persiapan suatu pekerjaan
g.
Persiapan
untuk perkawinan dan hidup berkeluarga
h.
Pengembangan
keterampilan intelek dan konsep yang diperlukan sebagai anggota masyarakat yang
baik
i.
Dorongan
dan pencapaian perilaku sosial yang bertanggungjawab
j.
Pengenalan
seperangkat nilai dan sitem etika sebagai pemandu perilakunya
1.2.4. Macam-macam
Problem Siswa Sekolah Menengah
A.
Keputusan
meninggalkan sekolah
Anak-anak
yang meninggalkan sekolah sebelum waktunya, biasanya akan mengalami masalah
ketika mereka mencari pekerjaan. Bimbingan sekolah akan diterapkan pada masalah
ini sehingga harus berusaha mengurangi kemungkinan anak meninggalakan sekolah
sebelum waktunya.
B.
Persoalan-persoalan
belajar
Dalam
masalah ini program bimbingan harus
menolong anak menemukan kesulitan belajar dan merencanakan langkah-langkah
untuk mengatasinya serta memungkinkan penyesuaian terhadap hambatan-hambatn
emosional.
C.
Keputusan-keputusan
ke perguruan tinggi
Setelah
lulus sekolah, seorang siswa akan
mengambil keputusan apakah ia akan bekerja atau melanjutkan studi ke perguruan
tinggi. Keputusan ini sangat penting sehingga membutuhkan bimbingan yang cukup.
Pada masa ini persoalan diterima atau tidaknya lulusan sekolah menengah di
perguruan tinggi menjadi hal yang serius. Persoalan ini menuntut semakin
banyaknya tanggung jawab sekolah-sekolah menengah untuk mempersiapkan siswanya
ke perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan perguruan tinggi menuntut persiapan
yang matang dalam bidang akademis dan keterampilan calon-calon mahasiswa.
Pilihan
inipun juga menjadi sangat penting bagi para orang tua, sehingga harus
dipikirkan lebih sungguh-sungguh. Pilihan anak dan orang tua terhadap perguruan
tinggi yang akan dimasuki mempunyai berbagai macam alasan, diantaranya:
1.
Kecenderungan
orang tua memasukkan anak ke perguruan tinggi almamater mereka,
2.
Pengaruh
sahabat, guru, atau pembimbing yang pernah belajar di perguruan tinggi
tertentu,
3.
Perguruan
tinggi terdekat dari rumah, asalkan siswa dapat melanjutkkan studinya,
4.
Mengisi
waktu senggang, mereka lebih senang pergi kuliah.
Alasan
tersebut belum menjamin anak masuk ke perguruan tinggi yang sesuai dengan bakat
dan minatnya. Keputusan ini harus berdasarkan kebutuhan, kemamapuan,
pengetaahuan, dan minta yang dapat memenuhi kebutuhan anak. Siswa dan orang tua
hendaknya mengetahui syarat-syarat untuk masuk ke perguruan tinggi sehingga
mereka dapat mempersiapkannya dengan matang. Saat ini sangat dirasakan
meningkatnya kebutuhan akan pendidikan perguruan tinggi meskipun fasilitas
perguruan tinggi masih terbatas. Hal ini mengakibatkan sulitnya diterima di
sebuah perguruan tinggi, sehingga persaingan pun menjadi sangat ketat. Situasi
ini menjadi tanggung jawab sekolah menengah menjadi besar dalam memberikan
bimbingan.
D.
Problem
sosial siswa sekolah menengah
Problem
sosial siswa dalam sekolah menengah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu problem
umum yang dihadapi anak sejak masa lalu dan problem khusus yang dihadapi pada
masa remaja. Problem sosial remaja pada
umumnya adalah:
1.
Pengenalan
dan penemuan diri sendiri/orang lain
2.
Pengenalan
dan penemuan norma-norma social
3.
Penyesuaian
terhadap:
·
kelompok
sebaya (peer group)
·
sekolah
·
keluarga
·
masyarakat
1.2.5.Tujuan dan Program Bimbingan di
Sekolah Mengah menurut Kurikulum 1975
A.
Tujuan
Bimbingan sekolah Menengah menurut Kurikulum 1975
Di
bawah ini tujuan bimbingan sekolah di sekolah menengah menurut kurikulum 1975,
yaitu:
1)
Secara umum bimbingan di sekolah menengah bertujuan
agar siswa dapat:
a.
Mengembangkan
pemehaman dan pengertian diri dalam kemajuan di sekolah.
b.
Mengambangkan
dunia kerja, kesempatan kerja, serta
rasa tanggung jawab dalam memilih kesempatan kerja sesuai tingkat pendidikan
yang disyaratkan
c.
Mengembangkan
kemampuan untuk memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan
d.
Mewujudkan
penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain.
2)
Secara
khusus bimbingan di sekolah menengah bertujuan agar siswa dapat menggunakan
kemampuaannya untuk:
a.
Mengatasi
kesulitan dalam memahami dirinya sendiri
b.
Mengatasi
kesulitan dalam memahami lingkungannya yang meliputi lingkungan sekolah,
keluarga, dan kehidupan masyarakat yang lebih luas
c.
Mengatasi
kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapi
d.
Mengatasi
kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakat dalam bidang pendidikan
dan pekerjaan yang tepat.
1.3.
Peranan
Guru dan Konselor dalam Program Bimbingan
1.3.1. Peranan Guru
Dalam Program Bimbingan
Hubungan timbal balik antara bimbingan dan
pengajaran didalam proses pendidikan menekankan peranan guru sebagai pembimbing
dan sebagai pengajar, dengan penyesuaikan program pendidkan pada tingkat
kematangan, kebutuhan, minat, dan kesiapan anak. Sebagai pengajar guru harus
memahami kehidupan anak secara individual maupun kelompok. Guru sebagai
pendidik mempunyai tanggung jawab menciptakan iklim pendidikan disekolah.
Proses belajar disekolah dengan perbedaan – perbedaan besar dalam usia, mental,
keadaan fisik, pengalaman sosial dan emosional, pengetahuan tentang perbedaan
individual harus segera diketahui dengan cara memperhatikan karakteristik dari
peserta didik. Sebagai guru yang pertama-tama adalah mengidentifikasi diri
dengan muridnya dan mengumpulkan informasi mengenai anak. Guru dapat berfungsi
sebagai pembimbing dalam hubungannya dengan orang tua murid.
2.3.2.Peranan Konselor Dalam Program
Bimbingan
Konselor
merupakan seorang anggota staf sekolah dan bertanggung jawab penuh terhadap
fungsi bimbingan yang tidak dapat dikerjakan oleh guru biasa. Konselor
bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah dan hanya mempunyai hubungan
kerja sama dengan guru dan staf lainnya. Konselor bersama kepala sekolah
merencanakan program bimbingan secara sistematis antara lain:
1.
Program
pengembangan pendidikan guru
2.
Program
konsultasi untuk guru dan orang tua
3.
Program
konseling untuk murid
4.
Program
pengembangan dan penelitian sekolah
5.
Penilaian
hasil belajar dan layanan bimbingan lainnya
Pelayanan konselor dalam bidang pendidikan
dapat membantu mengenai cara-cara pengumpulan data, sistem pencatatan data, dan
penafsiran hasil alat-alat pencatatan yang telah dikembangkan. Program
bimbingan yang efektif memberikan pendidikan atau peningkatan terhadap guru
mengeni cara-cara membimbing dan menafsirkan laporan-laporan anak.
2.3.3.Hambatan-Hambatan Pelaksanaan
Program Bimbingan Di Sekolah
Program
bimbingan di Indonesian masih sangat muda. Penyebabnya adalah banyaknya
hambatan dalam pelaksanaan baik disekolah dasar maupun disekolah menengah. Para
ahli bimbingan dan para konselor yang berpengalaman bertugas dilapangan
menyadari bahwa pelaksaan program bimbingan disekolah belum memenuhi harapan
kurikulum 1975 kebutuhan anak serta masalah disekolah.
Beberapa
hambatan hambatan itu antara lain:
1.
Para
pengelola disekolah masih beranggapan bahwa tugas sekolah adalah mengajar, oleh
karena itu semuaa dana dan usaha dipusatkan untuk meluluskan sebanyak mungkin
siswa agar mereka mendapat ijasah untuk melanjutkan sekolah. Mutu sekolah
diukur berdasarkan jumlah siswa yang lulus dengan nilai terbaik. Sekolah
cenderung intelektualis dan kurang memperhatikan pembentukan manusia seutuhnya
ini kurang menghargai atau kurang memperhatikan pelaksanaan program bimbingan
disekolah.
2.
Kepala sekolah dan guru masih belum memiliki
pengetahuan yang benar mengenai peranan dan kedudukan program bimbingan dalam
kesatuannya disekolah. Kekurangan pengetahuan ini mengakibatkan kurangnya
dukungan dari mereka. Kesulitan-kesulitan yang dimaksud pada umumnya meliputi
bebrapa hal seperti tercantum dalam tujuan program bimbingan disekolah sebagai
berikut:
a.
Kesulitan
dalam belajar yang ditandai oleh prestasi belajar yang terendah dan paling
utama
b.
Kebiasaan-kebiasan
buruk yang dilakukan oleh murid-murid dalamn situasi belajar mengajar dan dalam
hubungan sosial.
c.
Kesulitan
yang berhubungan dengan kesehatan jasmani
d.
Kesulitan
yang berhubungan dengan kelanjutan sekolah
e.
Kesulitan
yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah
selesai mengikuti pelajaran disekolah
f.
Kesulitan
yang berhubungan dengan masalah
sosial-emosional di sekolah
Komentar
Posting Komentar